Prinsip-Prinsip Lucu Para Widyaiswara

Kadang-kadang geli juga jika ingat pertemuan-pertemuan dengan para WI. Soalnya disamping kata orang mereka pinter-pinter (minimal berpengalaman men…), mereka juga lucu-lucu. Dan karena kelucuan itu dilontarkan oleh orang yang pinter maka jadinya ya… lucu nan cerdas, tidak vulgar alias thok ngok… sedikit sinis tapi masih bisa bikin kita tersenyum walau sedikit pahit….Apalagi WI khan tidak begitu terikat struktur hingga ngomongnya pastilah lebih jujur, bahkan sedikit lepas… hampir tanpa beban… Mangkanya bertemu dengan WI lain, baik di tempat kerja, di seminar atau di kursus-kursus bener-bener momen-momen yang sangat mengasyikkan…

Terkait dengan masalah kediklatan, kewidyaiswaraan, proses belajar mengajar, kebanyakan WI memiliki sudut pandang tersendiri… dan ternyata banyak lucunya daripada benernya… gak percaya…?! simak beberapa komentar berikut…

Tentang Diklat

“Diklat itu untuk bersenang-senang….”(Adi Wahyudi yang paling semangat mengutip kata-kata dr. Isi Mularsih terkait dengan penerapan metode pembelajaran yang menyenangkan di kelas-kelas diklat….)

Ono Rego Ono Rupo…”(Siswoyo, saat mengomentari perbedaan standar honor WI dari tiap kabupaten/kota dan susah untuk diseragamkan karena katanya sih tergantung kekuatan tiap daerah walau lisensi penyelenggaraan prajab ada di Provinsi….hingga bikin WI sering milih-milih…)

“Kayaknya yang ngusulin WI tuh…” (Rahmat Suparman WI LAN-Bandung, saat ditanya mengapa jumlah jampel untuk prajabatan honorer lebih lama daripada jumlah JP prajabatan dari umum….)

Tentang Widyaiswara

“Widyaiswara…?! Apaan tuh… kerjanya apa…?! Yang penting ndaftar aja dah..”(komentar pertama dari saya saat ngelamar kerja jadi CPNS jaman dulu… Dan ternyata banyak juga orang yang belum ngerti juga, walo dianya adalah PNS kawak…)

“Apapun yang terjadi disini, saya tetap Widyaiswara Utama di Papua…” (Henok Ibo, saat mengalami kesulitan menjawab pertanyaan para penguji LAN, Jakarta….hingga merasa tidak akan lulus). Sementara saya yang juga gak berkutik saat menjawab pertanyaan-pertanyaan Pak Basuki yang aneh tapi mendasar itu hanya bisa komentar… “Kalau sampai tidak lulus LAN begitu kejam…. Saya yakin LAN hanya menuntut kita untuk lebih memperdalam materi hingga menurunkan para empunya untuk menguji kita….”(Dan Alhamdulillah….kita lulus semua….)

“Class is Mine…”(kutipan kalimat ampuh yang sangat populer di kalangan WI yang suka ngeyel dan susah menerima masukan WI lain saat dikritik tentang cara ngajarnya yang terlalu mbosenin bagi peserta….)

“WI itu kasih aja jam mengajar yang banyak….soalnya kalau 2 atau 3 minggu gak ngajar… pasti deh akan sibuk protas protes….”(Syamsi Hadi, saat ditanya pejabat struktural tentang banyaknya protes yang dilontarkan WI pada manajemen….)

“WI itu kerjanya cuman rebutan JP…”(komentar populer dari pejabat struktural yang sangat miring walau ada benernya juga sich saat akunya melihat kebanyakan WI memang masih pengen mendapatkan jam mengajar (JP=Jampel) sebanyak-banyaknya…. tapi wajar juga koq namanya juga manusia yang senantiasa butuh duit… mangkanya harus dikasih sistem yang membikin WI gak bisa lagi rebutan JP seperti di tempat kita he…he…he… Tentu saja cara ngaturnya tergantung focus and locusnya… Buktinya saat mo diterapkan di Pusdiklat Cepu yang banyak diklat teknisnya, kayaknya sistem di tempat kami gak cocok… Sistem ini kapan-kapan deh tak critain… atao mo langsung ke tempat kami buat studi banding….?!)

“WI itu kebanyakan sudah tua-tua…mangkanya dikasih jam mengajar saja biar sehat…. soalnya kalau gak mengajar WI sering pilek-pilek, mriang….”(Kayaknya itu aku deh yang ngomong begitu…..)

Tentang Metode Pengajaran

“Mikroteaching itu lebih ke arah penguasaan substansi…sementara kalau mengajar betulan itu lebih ke arah manajemen kelas….”(Siswoyo, saat menyatakan ketidaksetujuaannya atas pemakaian mikroteaching dalam melakukan evaluasi mengajar dari para widyaiswara yang dianggap bermasalah…)

“Yang penting ada judulnya…”(Ramli Aryadi yang sering dikutip Ali Muhson, saat ditanya tantangan persiapan mengajar terpenting dari seorang Widyaiswara… apalagi jika mendadak disuruh ngajar materi teknis yang masih baru…)

“Di Awal Sesi, kasih aja pertanyaan-pertanyaan yang sulit-sulit biar mereka mumet…”(Sismiadi saat ditanya cara ‘menundukkan’ peserta yang pinter-pinter sekaligus ngeyelan… hingga kurang menghargai WI-nya…)

“Ngajar ojo ming koyok nyetel kaset bodhol…”(Wardjito saat ngomentari cara mengajar para WI yang kebanyakan tanpa persiapan dan pengembangan materi yang cukup hingga mirip seperti muter tape dengan kaset yang hampir rusak akibat terlalu sering diputer ulang….)

“Sama saja. Ibarat jualan pecel…ya sama saja tetep pecel. Yang beda lomboknya saja….Yen golongan II lomboknya satu saja…Yen golongan III lomboknya bisa dua atau tiga….”(Untung Darmadi, saat ditanya bedanya cara ngajar prajabatan golongan II dan III….[oke deh Pak kalau Bapak juga sama bingungnya dengan saya….])

“Sing penting argone mlaku…”(Nugroho Suadi, saat dikritik mengenai banyaknya pemakaian metode diskusi dalam Diklat Prajabatan….[waduh jadi kita mirip sopir taksi dong Pak yang seringkali muter-muterin penumpang biar bayarnya agak mahalan dikit…])

“Aku kalau pesertanya yang aktif berdiskusi…akunya kalau terlalu lama diem malah ngantuk…”(Warjito Soeharso, saat dikritik tentang cara mengajarnya yang terlalu banyak menggunakan metode ceramah….)

“Ah…WI khan biasanya begitu…Jika ngejawab pertanyaan peserta gak bisa…paling bicaranya muter-muter sampai peserta lupa inti pertanyaannya….atau kalau gak ya… ngeles alias jawabannya diserahkan balik ke peserta….”(Bukan ‘Irfan’ Bachdim, WI Pusdiklat Cepu, saat mengomentari teknik terbaik seorang WI dalam menjawab pertanyaan peserta….)

“WI pengajar pola pikir itu sebaiknya mengajari dirinya sendiri sebelum mengajar peserta….”(Esti Sri Rejeki, saat jengkel melihat beberapa pengajar Mind Set masih memiliki pikiran kalau bisa dipersulit daripada dipermudah….)

“Mesemo…Yen ora wani kondho… mesemo…. yen ora pati cetho… mesemo…. yen atimu rodo gelo…. mesemo… ngiras kanggo tombo…(Pak Parmo Ali, dalam setiap diklat pastilah beliaunya akan menyanyikan lagu favoritnya itu….)

7 responses to “Prinsip-Prinsip Lucu Para Widyaiswara

  1. Thanks for your shares.Nice to meet you. waiting yopur next post.

  2. satu lagi kang: Saya telah kembali ke jalan yang benar, ini ucapan widyaiswara yang sebelumnya adalah pejabat struktural

  3. Dear paknewulan.wordpress.com,

    Sore,

    Kami dari Humas Merdeka.com bermaksud menawarkan content yang sesuai dengan tipikal blog Anda yang bisa digunakan secara gratis. Content ini sangat mudah aplikasinya dan sangat membantu Anda dalam Reblogging.
    Jika Anda berminat, silahkan kunjungi http://content.merdeka.com/ dan dapatkan contentnya.

    Terima kasih atensinya, kami menunggu kabar baik dari Anda.

    Salam,

    Humas Merdeka.com
    Selvie Chummairoch

  4. He he he … Barusan nemu blog ini … Lucy juga ternyata Pak Lutfi

  5. semua komentar lucu ttg wi saya pikir cmn ada di instasi saiya sajah,, ternyata itu umum toh terjadi di semua lembaga diklat..

    kl di instansi saiya wi-nya muda-muda pak, tp sayang ndak ada JP, padahal pada pinter-pinter.. jadinya ilmu mengajar yang dikasih pas TOT Widyaiswara cuman di peti es-kan..

    barangkali ada saran buat kami wi yg muda-muda..

    salam,

    evi

  6. menjadi penyuluh ketemu WI mantab coy….

  7. Nyimak cerita sambil senyam – senyum,

Tinggalkan komentar