Category Archives: Komunikasi

Mata Tak Bisa Bohong

Banyak orang yang mengatakan bahwa mata adalah jendela dunia. Hanya dengan mata kita bisa melihat keindahan fisik alam semesta. Namuan lebih daripada itu, mata merupakan sesuatu hal yang mewakili jalan pikiran atau kata hati kita. Orang bisa melihat isi hati seseorang bahkan hanya dengan melihat matanya (mungkin itu sebabnya seseorang yang sedang terkena suatu kasus atau tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang kurang baik [koq jadi terlalu banyak kata sesuatu ya… apa gara-gara terpengaruh lagunya Syahrini…?!], maka mereka akan cenderung berusaha menutupi matanya baiak melalui kain, kerudung, topi atau kaca mata hitam…). Melalui mata, kita bisa mengetahui apakah seseorang sedang sedih atau gembira, bersimpati atau bahkan membenci kita, bermaksud baik atau jahat pada kita. Artinya, mulut boleh berkata apa saja tetapi mata tidak pernah bohong.

 

Hal yang paling gampang untuk mengetahui seseorang itu sedang berbohong pada kita atau tidak adalah dengan cara mengamati cara menatap lawan bicara kita. Jika dia berbohong pastilah dia akan berusaha menghindari berlama-lama menatap lawan bicaranya. Biasanya ia hanya mampu menatap Anda hanya maksimal selama dua pertiga lamanya waktu pertemuan. Sesekali ia pasti akan menunduk atau pandangannya berjalan kemana-mana,misalnya ke dinding, menatap tanah atau sepatu, buat menyembunyikan rahasia yang dimilikinya dari Anda. Artinya lagi, orang yang jujur pastilah tidak akan ragu-ragu menatap mata Anda dengan mantap.

Tetapi jangan salah juga, ada beberapa isyarat mata yang tidak bisa diartikan sebagai berbohong. Sebagai contoh, seorang pembicara yang sebentar-bentar menutup matanya bukan berarti dia sedang berbohong. Dia menutup mata karena dua hal. Pertama, dia sudah merasa bosan berbicara dengan Anda. Kedua, dia merasa lebih superior dari Anda. Artinya Anda hanyalah seorang yang ‘oon dimatanya he…he…he…

 

Yang lebih gawat adalah tatapan seorang lelaki yang sedang jatuh cinta pada lawan bicaranya. Mula-mula yang dilakukan lelaki itu pastilah akan menatap mata lawan bicara, lalu akan menatap hidung, bibir, payudara (maaf…ehm…) dan terakhir pastilah masuk ke bagian bawah perut….hi…hi…hi… Dan bukan berarti lelaki itu sedang bohong atau sedang mengobral cinta palsu ataupun cinta nafsu… Tatapan itu adalah tatapan alamiah anak manusia yang sedang jatuh cinta dan sekali lagi pasti akan menimbulkan dorongan erotis…dan hal itu wajar pada setiap manusia to…?! Coba bayangkan jika ada lelaki yang jatuh cinta pada Anda tapi gairahnya pada orang lain atau pada gambar-gambar artis nan indah yang ada di televisi…khan malah gaswat….

Baca lebih lanjut

Hambatan Komunikasi Para Staf….

Materi Diskusi kayaknya menjadi satu hal wajib yang harus ada dalam sebuah pembelajaran orang dewasa khususnya pada diklat prajabatan. . Metode diskusi ini perlu diterapkan utamanya untuk menggali pemikiran-pemikiran peserta terhadap kasus aktual yang terkait dengan materi diklat yang sedang diajarkan. Manfaatnya yang pertama adalah menambah pengertian sekaligus meningkatkan ketertarikan peserta terhadap materi. Manfaat lain adalah menghindari kebosanan peserta terhadap metode pembelajaran melalui ceramah, yang seringkali bikin peserta ngantuk berat….Disamping itu dengan metode diskusi, widyaiswara khan juga bisa istirahat alias gak ngomong melulu…..sekaligus bisa ngabisin jam ngajar yang berjam-jam itu he….he…he….

Materi diskusi yang kuterapkan pada mata diklat “Komunikasi yang Efektif” sampai sekarang belum begitu memuaskan bagi diriku, khususnya pada diklat prajabatan golongan I dan II…..Sebenarnya saya sudah memiliki materi disksi bagus yakni penerapan hukum komunikasi….hanya saja materi tersebut saya fikir masih terlalu berat untuk diterapkan pada peserta diklat prajabatan golongan I dan II yang notabene hanya berpendidikan maksimal D3…..atau sebagian besar merupakan staf paling bawah yang lebih sering menerima perintah daripada berdiskusi or sekedar bicara dengan karyawan lain….sehingga menurut saya mereka lebih cocok diberikan tips-tips untuk dapat berkomunikasi yang baik daripada disuruh berdiskusi untuk menemukan hal tersebut….

Pada beberapa kesempatan, saya coba untuk menerapkan 8 komunikasi jangan dilakukan yang lebih bersifat curhat daripada diskusi…..dengan hasil menurut saya kurang seru….karena hanya melulu paparan tanpa ada sesi tanya jawab yang seringkali menjadi pemanis and pemanas sebuah diskusi….hingga kuputuskan untuk mencari materi diskusi lain yang lebih seru. Dari beberapa diskusi dengan rekan-rekan widyaiswara ples perenungan….akhirnya kucoba untuk menerapkan materi diskusi bentuk dan hambatan komunikasi dengan rekan, atasan dan pelanggan….Guna melengkapi agar peserta dapat terbagi dalam minimal 6 kelompok…..materi diskusi tak tambahi dengan penerapan komunikasi secara lisan, melakui surat dan melalui telepon….terutama dari segi keunggulan dan kelemahannya sekaligus kapan sebaiknya bentuk komunikasi itu digunakan…. lanjut

8 Kata-Kata Yang Harusnya Tidak Diucapkan…..

Ada pendekatan berbeda yang saya pakai dalam mengajarkan materi komunikasi pada Diklat Prajabatan antara golongan I & II dengan Golongan III. Kalau pada golongan III saya selalu menekankan pentingnya ketrampilan mendengarkan dalam sebuah komunikasi. Hal ini saya lakukan dengan tujuan untuk mengerem gejolak muda mereka yang seringkali meluap-luap hingga kalau mereka tidak hati-hati….akibat salah ngomong…. akan menghancurkan karier mereka sendiri. Sementara pendekatan lain saya terapkan pada golongan I & II, yakni agar mereka berani ngomong….berani lebih asertif sekaligus komunikatif hingga mereka bisa meningkatkan tingkat ke-PD-annya…..

Dan kelas ‘komunikasi efektif’ kemudian saya setting seperti ‘pasar hewan’ dimana antara satu peserta dengan peserta lainnya saling sahut, saling ejek ples penuh gelak tawa….tapi yang jelas mereka banyak-banyak tak bikin berani ngomong….Walau demikian tak lupa mereka juga tak sangoni ‘8 kata yang paling gak ingin didenger oleh pelanggan’ menurut Scott Ginsberg . Kata-kata tersebut ajaibnya sering banget aku dengar selama menjalani kehidupan PNS….bahkan sudah menjadi kata yang biasa dan gak kroso yen itu bisa bikin pelanggan, termasuk atasan & rekan sekantor, jengkil dan kabur dari kita…….
apa saja 8 kata itu ?!

Melatih Ketrampilan Menjadi Pendengar yang Baik

Menjadi pendengar yang baik kadang sangat diremehkan banyak orang karena mereka menganggapnya sebagai bentuk kepatuhan. Sebagian besar orang percaya bahwa berbicara merupakan cara yang baik untuk menunjukkan kapabilitas Anda. Akan tetapi ada sebuah rahasia kecil yang saya bagi pada Anda yakni, orang yang sangat trampil dalam berbicara biasanya adalah seorang pendengar yang baik dan memiliki ketrampilan mendengarkan yang baik terbukti sangat berguna.

Kunci menjadi pendengar yang baik sebenarnya adalah sikap empati, yakni suatu sikap yang mencoba selalu melihat segala sesuatunya dari sudut pandang si pembicara. Bagaimana dengan ketrampilan mendengarkan….. ?! Apakah itu suatu bakat atau sesuatu yang dapat dilatih…?! Walaupun sikap mendengarkan memerlukan proses dan itu membutuhkan waktu tetapi bagi saya hal tersebut bisa dilatih. Demi meningkatkan ketrampilan Anda dalam mendengarkan, cobalah untuk menyimak nasehat dari Ciara Woods berikut.
semuanya disini

15 Nasehat Berkomunikasi dari Mr.Ponijan Liaw

“Communication is the key to success,” sebuah statement yang kerap kita dengar namun masih banyak yang gagal menerapkannya. Berbagai alasan mengemuka. Mulai dari ketidakpercayaan diri, ketidaksempurnaan alat ucap (artikulator) sampai dengan penampilan fisik yang tidak memadai.

Banyak diskusi tentang komunikasi telah dilakukan, namun tidak juga membantu mengatasi persoalan sulitnya berkomunikasi secara berhasil guna. Tidak mengherankan memang ! Karena diskusi mengenai komunikasi sebagian besar didasarkan pada teori-teori ‘kering’ tanpa ada kejelasan bagaimana mempraktekkannya di dunia nyata. Yang ada hanyalah kerangka teoretis yang sulit dicerna karena banyak menggunakan contoh-contoh dengan pendekatan budaya yang terjadi di belahan bumi lain (disebabkan banyak bahan yang diambli berasal dari buku-buku terjemahan). Ketika diterapkan di Indonesia, teori tersebut belum tentu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
lanjutkan

Mengajar Orang Yang Gak Niat Belajar

Kalau kemaren saya sudah menceritakan cara ’ngakali’ orang capek agar mau belajar…..maka kali ini saya ditugasi ngajar orang yang gak niat belajar. Bagaiimana tidak….?! Jadwal mengajar saya adalah hari Jum’at siang, sehabis Jum’atan dan berakhir sampai jam 9 malam. Padahal Sabtu khan libur, tanggal merah lagi….Bayangkan betapa kemrungsungnya peserta yang pengen pulang……Bahkan kalau mau jujur, saya sendiri yo agak aras-arasen ngajar ’cos hawane wes prei itu…..Dan yang lebih parah, salah satu panitia sempat membujuk saya buat ngakhiri kegiatan mengajar pada saat Magrib saja……Berat….!!

Saya sendiri sebenarnya agak grogi juga ngajar hari itu…..Soalnya pengalaman lalu-lalu saat ngajar orang-orang ’gak niat’ memang begitu berat, merusak mood ngajar, bahkan sedikit provokasi peserta juga sempat saya terima…..bikin trauma deh….. Apa lagi peserta diklat ini berasal dari Provinsi Jawa Tengah yang terkenal kritis ples ngeyel-ngeyel…….But sekali lagi cara terbaik menghadapinya bukanlah mengandalkan bakat mengajar dan kemampuan komunikasi yang top, melainkan perencanaan and skenario mengajar yang harus disusun dengan maksimal…… So….ibarat mau bikin film, nyusun skenarionya yang berat, sedangkan saat pelaksanaan….tinggal ngglundung saja…..

Baca lebih lanjut

Hukum Komunikasi Efektif Versi Guru Rembang

Rasanya sudah ketiga kalinya dalam tahun ini saya mengajar di Kabupaten Rembang. Bosenkah….?! Ya…namanya juga tugas….mana boleh kita bilang bosan….Tapi yang jelas, di Kabupaten ini saya ketemu ’friends’…. dalam arti ketemu someone yang seumuran….Ya….Mr. Nursalam yang notabene merupakan pejabat Diklat di kabupaten Rembang….dari segi usia, beda-beda tipis lah sehingga enak diajak komunikasi…..bukan berarti yang lainnya tidak enak diajak komunikasi….tapi saya kira Anda mengerti bahwa berkomunikasi dengan orang yang seusia rasanya beda gitu…..

Sebagai contoh keakraban diantara kami adalah seringnya dia SMS jika tahu saya yang datang dan mengajar disana…..mulai dari berangkat….trus ungkapan ”sudah sampai dimana..?!” saat aku sedang diperjalanan….atau ”wis teko bos….” saat kira-kira aku sudah nyampai di hotel….. Belum lagi acara makan siangnya yang selalu dicarikan keluar dan pasti spesial itu…..kalau dulu dia pernah memperkenalkan aku pada ”gimbal teri”….maka yang kemaren itu dia ngajak aku milih….mau ke ”lontong tuyuhan” atau ke ”asem-asem sapi”….Dengan alasan lebih dekat tentu saja aku akan milih ke ”asem-asem sapi”, walau di ”lontong tuyuhan” aku diiming-iming penjualnya yang cantik-cantik……emangnya gua mau makan penjualnya apa….Padahal aslinya alasanku hanya satu…..apapun makanannya yang penting minumnya es teh……dua gelas…!! hasil diskusi disini

Kembali ke Asrama Haji

Setahun lalu saya pernah ditugasi mengajar Diklat Pim IV di Asrama Haji Donohudan………Masih ingat dengan Asrama Haji Donohudan…..?! Ya….sebuah asrama haji yang dibangun oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah…..yang katanya penuh dengan kontroversi…hingga menjatuhkan posisi Soewardi yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah……Dan jika melihat kondisinya yang kotor, panas, jauh dari keramaian….kayaknya pantas jika kasus itu masih terbawa-bawa sampai saat ini alias gak rampung-rampung……

Tapi itu dulu….setahun yang lalu…..baru-baru ini saat saya ditugaskan kesana lagi, kali ini buat mengajar pada Diklat Prajabatan Golongan III….dan saya melihat perubahan yang signifikan……Saya amati gedung-gedung yang ada sudah dirombak….. lebih rapi, tampak elegan….cocok sebagai pusat pemberangkatan jema’ah haji di Jawa Tengah…..Bahkan saat mau menginap….saya ditempatkan disebuah kamar baru (bau catnya masih samar-samar belum hilang)…ber-AC dengan TV besar….kamar mandi shower… pendeknya tidak kalah dengan kamar-kamar hotel…… Kondisi lingkungannya juga sudah rame….banyak toko-toko yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari….bahkan ada yang cukup besar….menunjukkan adanya pangsa pasar…..dan benar, kayaknya asrama haji tidak sesepi dahulu setahun lalu….disini sekarang banyak diselenggarakan seminar-seminar Pak….demikian celoteh lugu tukang ojek yang kebetulan saya tumpangi dari terminal Kartosuro lama….. Ah….beruntunglah Asrama Haji karena memiliki manajer yang cukup kreatif….sesuatu yang jarang ditemui pada gedung-gedung yang dikelola instansi pemerintah…….. lanjutin

Prinsip Mendengarkan Aktif dalam Sebuah Komunikasi

 Kita telah sepakat (?), setelah membaca tulisan saya terdahulu,  bahwa mendengarkan dengan baik itu lebih penting daripada sekedar berbicara…apalagi jika itu kita terapkan dalam dunia kerja….lalu mendengarkan yang seperti apakah yang baik kita terapkan dalam dunia kerja kita…?! Jawabannya adalah mendengarkan secara aktif…!! Na…..seperti apakah mendengarkan secara aktif tersebut…..?!

 Menurut Mr. Yaslis Ilyas dalam bukunya “Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja”….Salah satu komponen penting dalam berkomunikasi adalah menjadi active listener. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam komunikasi aktif tidaklah cukup duduk atau berdiri dan membuka telinga lebar-lebar, tetapi harus mencerminkan bahwa Anda mendengarkan dan lebih menyimak lawan bicara dengan sungguh-sungguh. Baca lebih lanjut

Anda Harus Lebih Mendengarkan di Tempat Kerja

Ketrampilan mendengarkan adalah penting bagi kesuksesan karier, efektivitas organisasi, dan kepuasan karyawan. Sejumlah studi menunjukkan bahwa pendengar yang baik menjadi manajer yang baik dan bahwa pendengar yang baik maju lebih cepat dalam organisasi mereka. Dalam dunia kerja, kebanyakan staf yang sukses mengahabiskan 30 sampai 45 persen waktu komunikasi mereka untuk mendengarkan, sedangkan pimpinan yang berhasil menghabiskan 60 sampai 70 persen waktu mereka untuk mendengarkan.
pada siapa saja…?

Mulailah Komunikasi Anda dengan Mendengarkan

Kualitas Pembicara atau Kualitas Pendengar ? 

 

  “Memang sulit untuk berbicara, tetapi lebih sulit lagi untuk diam”

Dewasa ini sebagian besar pekerjaan kantor di instansi pemerintah didominasi oleh kegiatan komunikasi, dengan cara terbaik adalah melalui komunikasi lisan dan umumnya berupa sebuah percakapan. Abu Barker mengungkapkan bahwa sebuah percakapan adalah perpaduan antara pembicaraan dan pendengaran yang bersifat dinamis. Sedangkan Peter Senge menyebutkan bahwa berbicara merupakan cara seseorang membela sudut pandangnya. Sementara, mendengar adalah proses menyelidiki sudut pandang orang lain. Oleh karena itu idealnya dalam sebuah percakapan harus ada keseimbangan antara kegiatan berbicara dan mendengarkan. Tetapi kemudian timbul pikiran usil, kira-kira lebih penting mana antara kualitas pembicara atau kualitas pendengar ?

Dan jika pertanyaan itu saya lontarkan pada peserta diklat, jawabannya….”Ya…penting dua-duanya pak…?! Kalau saya kejar lagi…agar mereka memilih salah satu yang lebih penting….maka kebanyakan akan menjawab…. ”lebih penting kualitas pembicara…” (ini mungkin berpatokan pada kualitas pembicara yang waktu itu saya….he…he…he…). Ya….secara logis memang demikian. Karena komando sebuah percakapan terletak pada si pembicara. Seorang pembicara yang baik, dalam arti memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman, intelegensia tinggi serta kepribadian yang menarik, akan mampu mempengaruhi pendengar, mengajak pendengar ke arah yang dimaui pembicara. Tetapi mengapa saya mengambil judul yang seolah-olah mementingkan kualitas pendengar….?!
Ya…mengapa..?!

Komunikasi Bottom Up Versi Guru Pekalongan

Hukum Komunikasi Efektif Versi Bottom Up

Melanjutkan tulisan saya terdahulu tentang komunikasi efektif versi bottom up, kali ini saya tampilkan hasil survey saya di Kabupaten Pekalongan, yang kebetulan semuanya berprofesi sebagai guru. Instrumen beserta hasil jawaban peserta Diklat Prajabatan Golongan III angkatan I pada Kabupaten Pekalongan, saya sajikan dalam tabel berikut : Baca lebih lanjut

Hukum Komunikasi Efektif Versi Bottom Up

Penerapan Hukum Komunikasi Efektif versi Bottom Up di Rembang

Untuk memperbaharui dan mengembangkan kualitas bahan ajar, seringkali saya melakukan pencarian bahan di internet. Disamping lebih ’fresh’bahan-bahan yang saya dapatkan di internet biasanya lebih praktis, lebih simpel dan biasanya berbentuk tips, juga kadang lebih orisinil dan lebih Indonesia, utamanya yang ditulis para bloger (ini termasuk manfaat ngeblog karena disini kita bisa mengeluarkan potensi otak kita tanpa ’pagar-pagar’pemikiran para orang barat).

Saat saya sedang mempersiapkan bahan ajar Prajabatan Golongan III khususnya materi ”Komunikasi Yang Efektif”, saya juga banyak mengambil bahan-bahan dari internet. Hanya saja saya merasa bahan-bahan komunikasi yang saya dapatkan, baik dari internet maupun buku-buku yang saya baca, lebih banyak merupakan suara ’atasan’ atau suara bersifat ’top down’. Dengan bersifat empathy, saya menjadi maklum mengingat para penulis umumnya merupakan para pakar dengan usia yang sudah matang. Dengan kata lain yang mereka lakukan adalah mengamati, mengira-ira (atau mengingat-ingat pas jaman masih jadi bawahan), membandingkan dengan referensi asing (yang ditulis oleh pakar juga), sehingga bagi saya yang tidak pernah menjadi seorang pejabat, konsep-konsep komunikasi yang mereka tawarkan mengawang-awang, terkesan memudahkan or menyederhanakan masalah, kurang memperhatikan ’penderitaan’ staf atau menggeneralisir masalah atau istilah saya terlalu ’top down’. Lalu Yang Versi Bottom Up Bagaimana?

Tips Melakukan Kritik Pada Atasan

Ada ungkapan bahwa bos itu selalu benar. Jangan pernah melakukan kritik pada bos kalau Anda ingin selamat. Apakah betul begitu ?! Sementara ini saya tidak dapat menyalahkan statemen itu. Apalagi sistem birokrasi kita masih sangat terpengaruh dengan kebijakan kepala daerah, utamanya di Kabupaten/Kota dimana penempatan personil pejabat masih menjadi wewenang Bupati/Walikota. Sedih sekali saya harus mengatakan ini….tetapi itulah kenyataannya.

Tetapi apakah atasan tidak memerlukan kritik ?! Sebenarnya perlu juga, mengingat mereka juga manusia yang penuh keterbatasan. Apalagi kalau kritik itu dapat memperlancar tugas pekerjaan mereka. Tapi mengkritik seorang atasan perlu kiat-kiat, termasuk bagaimana waktu yang tepat untuk melakukan kritik pada atasan. Berikut Tips singkat melakukan kritik seperti dikemukaan oleh Less Giblin dalam ”Still With People”, setelah saya kombinasikan dengan pengalaman saya tentunya.
Apa saja Tipsnya?