Ada budaya baru (pengennya sih menjadi budaya alias menjadi tradisi dan bukan hanya sekedar trend sesaat yang cepet hilang….) yang muncul saat jeda ngajar di awal 2010, yakni rapat materi pelajaran. Tidak tahu siapa yang memulai, yang jelas minggu-minggu ‘garing’ ini banyak diisi rapat-rapat materi. Sesuatu yang baru dan sekaligus mengejutkan bagi saya. Tujuan rapat tentu saja adalah penyamaan persepsi atas kontent materi pelajaran diantara widyaiswara-widyaiswara yang kebetulan mengampu materi diklat yang sama. Disamping itu, juga dibahas bagaimana strategi mengajar mata diklat yang bersangkutan agar menghasilkan proses belajar mengajar yang efektif sekaligus menyenangkan bagi para peserta. Bukan untuk diseragamkan, tetapi lebih untuk saling sharing pengalaman-pengalaman mengajar masing-masing widyaiswara saat menyampaikan materi…..buat diteladani widyaiswara lain…atau sekedar memberi inspirasi demi proses belajar mengajar yang lebih baik.
Diluar pelaksanaan rapat, saya menganggap tradisi rapat materi merupakan sebuah sinyal positif bagi iklim kesejukan hubungan diantara para WI…yang biasanya saling intip, saling ejek, bahkan juga saling telikung dalam hubungannya dengan perebutan jumlah jam mengajar….. yang seringkali dihubungkan dengan penghasilan para WI. Sebuah masalah klasik yang selama ini menghinggapi para widyaiswara di Jawa Tengah (bagaimana dengan widyaiswara di tempat Anda….?). Istilah ‘rukun’ sendiri merupakan sebuah kejutan yang menyenangkan bagi saya….yang mungkin disebabkan cukup meratanya jumlah jam mengajar yang menjadi jatah masing-masing WI mulai dari yang paling junior sampai dengan yang senior….dengan rata-rata pada kisaran 900 jam mengajar per tahun. Belum lagi kisah sukses 9 pendekar senior yang secara berkala dipanggil LAN-RI untuk mengisi diklat-diklat Pim II yang diselenggarakan LAN…. membuat para senior sibuk sekaligus membikin para junior pun ikut-ikutan sibuk…. ‘nadahi’ pelimpahan-pelimpahan jam mengajar yang ditinggalkan para seniornya itu. Mungkin itulah solusi sebuah perselisihan JP…..semakin banyak JP yang bisa dibagi maka perselisihan banyak-banyakan jam mengajar berubah menjadi perselisihan buat istirahat tidak mengajar….sangking banyaknya jam yang harus dijalani setiap WI…. Baca lebih lanjut