Category Archives: Kediklatan

Indikator Kompetensi Mengajar Widyaiswara

Bulan April kemaren saya sempet ikut Diklat AKD (Analisis Kebiutuhan Diklat) di LAN-Bandung. Banyak temen yang protes dengan keikutsertaan saya pada diklat tersebut, termasuk sang koordinator WI: Bapak Sigit Marhen. Bukan apa-apa, saya sudah dianggap mampu dalam materi AKD. Sudah sering melakukan AKD di instansi Provinsi Jawa Tengah dan bahkan sudah beberapa kali ngajar materi tersebut. Dengan kata lain, keberadaan saya dalam diklat dianggap menyalahi prinsip diklat itu sendiri yang pada dasarnya berupaya untuk menutupi diskrepansi (kesenjangan) kompetensi.

Sebenarnya sih saya juga tahu bahwa saya sudah tidak masanya lagi ikut Diklat AKD dan seharusnya sudah mulai menulis buku atau karya tulis lainnya yang terkait dengan AKD. Bahkan saya sendiri juga heran kenapa manajemen koq menugaskan saya untuk ikut diklat AKD, walau kemudian diketahui bahwa saya pada awal tahun tercatat mendaftarkan diri untuk ikut diklat tersebut. Nggak tau kenapa saya waktu itu ikut ngisi edaran diklat…yah…mungkin waktu itu pikiran saya pengen ikut diklat guna melengkapi kurikulum vitae saya yang sebagai salah satu praktisi dan pengajar AKD tanpa pernah ikut Diklat AKD. Siapa tahu saat proses sertifikasi WI di 2014, kompetensi saya sebagai ‘pakar’ AKD dipertanyakan…. walau alasan persisnya juga lupa berat lah….he…he…he…

Yang jelas prinsip yang saya pegang selama mengikuti diklat itu enjoy saja….gak usah pengen nuntut macem-macem, semisal dapat ilmu hebat lah, dapet ranking lah…pokoke melu gitu saja. Sekalian ikut menikmati suasana kota Bandung yang abidin he..he…he… Apalagi kata temen-temen, LAN-Bandung punya trade mark yang menarik yakni Diklat ples wisata kuliner diseputar Bandung…. wuiih….bayangkan aja udah ngiler… Yah minimal dapet refreshingnya gitu….walau kemudian saya malah dapat bonus karena malah disana saya berhasil menyusun standar kompetensi mengajar seorang WI…Bukan kerja individual sih, saya susun bersama temen-temen satu kelompok kecil, tapi khan malah bagus to…?! Penasaran….?! (moga-moga lah masih suka ngunjungi blog ini walau sudah kurang populer ples sayanya yang lama banget gak pernah ngisi….) Baca lebih lanjut

Diklat TOT Sosialisasi UUD 1945 Yang Menyenangkan….

Dari dulu saya selalu meyakini bahwa suatu proses pembelajaran itu akan menyenangkan jika kita melakukannya dengan motode yang tepat. Dan itulah alasannya mengapa saya mengambil mata pelajaran garing semacam ’Manajemen Perkantoran Modern’ karena saya yakin dengan menggunakan metode yang baik kita akan dengan mudah bisa menyulap yang garing itu menjadi suatu yang menyenangkan dan ujung-ujungnya pelajaran itu akan dapat terserap dengan baik. Lihat pula contoh judul diklat diatas. Judul garing yang mencerminkan isinya yang memang melulu membahas materi UUD 1945 yang telah mengalami perubahan akibat 4 tahapan amandemen mulai 1999-2002. Betul 100%…..ya diklat itu isinya yang memang begitu itu. Akan tetapi, saya merasakan sendiri sebuah materi garing yang dikemas dalam metode yang tepat ternyata menghasilkan pengalaman pembelajaran sekaligus pengkayaan kompetensi yang luar biasa bagi saya pribadi….dan saya kira bagi sebagian besar peserta juga….

Jalannya diklat saya bisa ceritakan sebagai berikut. Pertama-tama kita didesain terlebih dulu agar bisa akrab satu sama lain melalui pelajaran dinamika kelompok guna menghilangkan dinding-dinding kebekuan yang melanda peserta. Lalu, kita emudian diberi pre test guna mengukur kemampuan awal kita sebagai peserta. Hasil pre test ternyata menunjukkan bahwa kemampuan awal peserta hanyalah 35 % saja. Cukup jelek. Tapi gak pa-pa karena dari pre test tersebut para fasilitator yang notabene merupakan anggota MPR-RI bisa mengukur apa saja yang perlu diberikan pada peserta. Hari kedua merupakan hari yang melelahkan karena kita diberi ceramah dari pagi sampai malam tentang materi UUD 1945 beserta perubahannya….yang walau penyajinya menarik dan cukup meyakinkan karena merupakan Anggota MPR…. yang dahsyatnya, disamping mereka sangat menguasai materi, mereka rata-rata orangnya ramah, gak jaim, cukup terbuka alias gak marah-marah walau sedikit kita ejek tentang lembaganya….bahkan cukup jentel menyatakan bahwa memang tidak semua anggota MPR berkualitas….tapi seperti laiknya metode ceramah lain maka hasilnya pasti membosankan….dan saya diem-diem sempet nyolong tidur di kamar saat sesi kedua setelah sebelumnya absen sebagai bukti kehadiran….he….he….he…. Baca lebih lanjut

Langkah Pemanfaatan Informasi Jabatan menjadi Program Diklat

Pada dasarnya ada enam langkah yang perlu dilakukan agar suatu informasi jabatan, yaitu : Perumusan Tupoksi menjadi Kompetensi, Penentuan Bobot Kompetensi, Pemecahan Masalah Kebutuhan Kompetensi, Daftar Kompetensi Dengan Pemecahan Masalah melalui Diklat, Perumpunan Kompetensi Perlu Diklat menjadi Materi dan Jenis Diklat, Penyusunan Standar kebutuhan Diklat untuk Masing-Masing jabatan. Uraian masing-masing langkah tersebut disajikan sebagai berikut. Baca lebih lanjut

Buat Apa Ikut Diklat Versi Saya……

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan saya terdahulu tentang topik sejenis…yakni Buat Apa Ikut Diklat….Hanya saja, kalau yang dulu merupakan pengamatan saya tentang motivasi-matovasi buruk dari peserta sehingga diklat-diklat yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah seringkali kurang mencapai tujuannya…..maka pada tulisan kali ini saya mencoba mencarikan solusi agar diklat yang diselenggarakan dapat lebih bermakna….tapi bukan dari sisi penyelenggara yang sudah banyak sekali diulas dalam buku-buku kediklatan…yang teorinya sih bagus-bagus tapi….. hasilnya masih banyak-banyak perlu dipertanyakan…karena menurut saya, faktor keberhasilan utama penyelenggaraan diklat adalah dari sisi peserta yang bermotivasi tinggi….Na….kali ini saya akan mencoba menceritakan pengalaman saya menjadi peserta yang bermotivasi dalam sebuah diklat….

Seperti juga peserta diklat lainnya, saya juga selalu ‘lemes’ jika hendak diikutkan dalam sebuah diklat….Tahun ini sudah dua kali saya ikut diklat…..setelah tahun 2007 gak pernah sama sekali….Yang satu, adalah TOT Diklat Pim Tingkat IV materi PKT di Jakarta…..satunya lagi, TOT WI Muda yang berlangsung pada saat puasa kemaren di Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah…..Dan ma’af, dua-duanya saya rasakan sangat bermanfaat bagi karier saya sebagai widyaiswara….!! Dengan kata lain, dua-duanya diklat yang saya ikuti bisa dikatakan mencapai tujuannya….Bukan….bukan karena saya orangnya selalu bersemangat seperti bayangan Anda-Anda….Sebagai contoh, saat ikut diklat di Jakarta di kantor sedang banyak-banyaknya pekerjaan….disamping itu, terus terang pengajarnya juga hampir dikatakan ‘rata-rata air’ lah hingga bikin bosen dan hampir gak ada yang dapat ‘diambil’ dari diklat itu….Lalu yang TOT Muda….?! Pelaksanaannya khan pas bulan puasa….saat kita sedang lemes-lemesnya…..Lalu pertanyaannya koq saya bisa merasa diklat yang saya ikuti bermanfaat….?! Hmm…. saya punya beberapa kiat buat memaksa kita, sebagai pribadi peserta diklat, bersemangat saat ikut diklat….. Baca lebih lanjut

Penyusunan Program Diklat

Dalam setiap model desain diklat, langkah paling utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program diklat adalah kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) atau Training Needs Assessment (TNA). Analisis kebutuhan Diklat memiliki kaitan erat dengan perencanaan Diklat. Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada misi, fungsi dan tugas) dengan pengetahuan dan kemampuan yang senyatanya dimiliki oleh pegawai.

Dengan dilaksanakannya kegiatan AKD diharapkan akan dihasilkan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan oleh organisasi, sehingga dapat mewujudkan diklat yang tepat sasaran, tepat isi kurikulum dan tepat strategi untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat, maka idealnya setiap program yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan. Hasil yang diharapakan dari Analisis Kebutuhan Diklat akan memperjelas kaitan antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan peningkatan kinerja lembaga yang merupakan akumulasi dari kinerja para pejabat di dalam suatu organisasi, disebutkan demikian karena setiap pejabat yang dilengkapi dengan jenis-jenis diklat yang dibutuhkan, selanjutnya akan dapat melaksanakan setiap rincian tugas dalam jabatannya. Baca lebih lanjut

Belajar Harus Disertai pula dengan Kesangsian

Mengkaji Prinsip-Prinsip Accelerated Learning

Saat mulai jadi widyaiswara, sekitar pertengahan tahun 2006, saya sempat membaca sebuah komentar pedas di internet tentang widyaiswara dari peserta diklat Prajabatan dari Bogor….”Widyaiswaranya gak berkualitas, dia hanya menerangkan sedikit selanjutnya kitanya yang diminta buat berdiskusi dan merumuskan materinya sendiri…” Sesuatu yang waktu itu menjadi perdebatan dalam fikiranku tentang bagaimana sebaiknya kita mengajar….Kalau teorinya mengajar orang dewasa sih kayaknya ya harus demikian….. tapi saat saya coba praktikkan (waktu itu di Wonogiri) lha koq pesertanya kelihatan bosen dan sedikit ngremehin gua ya…..Lalu saat tak ubah metodenya dengan lebih banyak menerangkan (waktu itu di Blora…) eh pesertanya kelihatan puas…hingga waktu itu kesimpulan sementara dari akunya adalah mungkin peserta prajab yang rata-rata fresh graduate lebih suka diajarkan yang model paedagogy seperti acara kuliahan dimana dosen harus banyak-banyak memberikan transfer of knowledge bagi para peserta…..

Perkembangan selanjutnya adalah saat terjadi booming prajabatan saat ini, dimana banyak pesertanya berasal dari tenaga honorer yang telah lama bekerja or mengabdi di lingkungan instansi pemerintah….Pada kasus yang ini, saat coba tak terapin model banyak menerangkan seperti pada pelajaran manajemen perkantoran modern, yang terjadi adalah belum juga sejam aku nerangin….merekanya sudah banyak yang menguap alias bosen and kelihatan ngantuk berat….sehingga terpaksa banyak kukeluarkan jurus-jurus ice breaking: mulai dari lelucon, game-game menarik, serta aktivitas-aktivitas lainnya yang bikin peserta tidak ngantuk….sesuatu yang oleh beberapa widyaiswara sering dikritik karena terlalu banyaknya ice breaking hingga substansi materi prajabatannya lupa gak disampaiin….hingga bikin pesertanya banyak yang harus remedi….suatu dilema yang bikin aku sampai sekarang agak kebingungan diantara menyampaikan yang menarik (tapi substansi materi gak kena…) atau mentingin substansi (tapi pesertanya ngantuk hingga substansinya gak masuk juga khan….?!). Hal itulah yang menjadi sebab aku kembali membuka-buka buku “The Accelerated Learning Handbook” karya Dave Meier buat mengkaji ulang gaya mengajarku selama ini…. Baca lebih lanjut

Efektif dan Efisien Ala LAN-RI

Kalau menurut definisi, Efektif adalah tepat guna or berhasil guna atau tepat sasaran atau dapat dikatakan suatu kegiatan itu dapat dikatakan tercapai tujuannya. Sementara itu efisien adalah berdaya guna atau mampu memanfaatkan sumber daya yang ada dengan seoptimal mungkin. Lalu bagaimana dengan efektif dan efisien ala LAN-RI….?! Ceritanya panjang. Yang jelas hari pertama kita ngikut diklat TOT Diklat Pim Tingkat IV sudah penuh dengan diskusi dan perdebatan….Maklum, pesertanya adalah para widyaiswara yang jelas-jelas tukang ngomong semua….hingga ada istilah kecil saja sudah dapat dijadikan ajang buat berdiskusi dan kadang berdebat dengan panas hingga kadang bikin aku geli sendiri kalo mengingat apa yang mereka perdebatkan itu kadang bukan sesuatu yang prinsipil apalagi buat jadi topik debat…..

Acara pertama dari Pak Basseng tentang overview Diklat Pim Tingkat IV belum-belum sudah bikin debat yang panas, yakni saat Pak Basseng melontarkan suatu kenyataan bahwa yang namanya efektif dan efisen itu kadang susah untuk dapat berjalan beriringan ….Seperti kita ketahui paradigma pemerintah saat ini adalah meningkatkan pelayanan publik atau bisa dikatakan melakukan pelayanan secara efektif, dan menurut Pak Basseng hal itu kadang sangat bertentangan dengan prinsip efisiensi pemerintahan….Lebih lanjut Pak Basseng mencontohkan penyelenggaraan Pilkada dengan model pemilihan langsung pada prinsipnya berupaya memuaskan keinginan seluruh masyarakat, di satu sisi….tetapi di sisi yang lain, pelaksanaan Pilkada langsung menelan biaya yang tidak sedikit jika tidak boleh dikatakan sebagai sebuah kegiatan yang boros…sementara hasilnya pun kadang bukan menciptakan sosok Kepala Daerah yang baik, dengan bukti adanya beberapa Kepala Daerah hasil pilkada langsung yang bahkan harus masuk bui karena terbukti melakukan tindak pidana korupsi….Sampai disini peserta terlihat cukup menerima dengan penjelasan Pak Baseng yang memang logis dan meyakinkan itu….walau kemudian terbukti para widyaiswara itu masih terlihat memperdebatkannya dengan sengit……

Baca lebih lanjut

Apakah Anda Seorang Quantum Teacher ?

“Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” (Asas Quantum Teaching)

Jadwal mengajar pertama kali telah ditetapkan, yakni mengajar Manajemen Perkantoran Modern pada Diklat Prajabatan Golongan I dan II. Ada sedikit gundah tersendiri saat mengetahui jadwal mengajar saya tersebut. Pertama, saya harus mengajar materi Manajemen Perkantoran Modern yang cukup membosankan karena materi itu merupakan sesuatu rutin yang kurang menarik. Yang kedua, harus ngajar CPNS golongan I dan II apalagi dari honorer yang menurut pengalaman susah diajak diskusi….hingga aku harus belajar metode-metode pengajaran lain yang lebih menarik dan tidak bikin peserta ngantuk…

Untukmenghilangkan gundah gulanaku….tak buka-buka lagi buku “Quantum Teaching” milik Bobbi De Porter Cs yang emang jarang kubaca (saya termasuk manusia yang suka ngoleksi buku….walau sayangnya kadang gak kebaca). Tujuannya buat nyari-nyari metode pembelajaran yang cocok buat ngajarin materi perkantoran….Disitu disamping nemu asas Quantum Teaching diatas, ada suatu hal yang menarik yang dikemukakan yakni bahwa sertifikat mengajar yang didapat seseorang itu hanyalah bukti formalitas saja. Dalam dunia guru-murid, hak mengajar yang sesungguhnya diberikan oleh sang murid dan Anda harus dapat meraihnya. Maksudnya adalah muridlah yang akan memutuskan layak tidaknya Anda menjadi pengajar mereka. Oleh karena itu Anda harus dapat mengambil hati sang murid….yaitu dengan cara mengaitkan apa yang Anda ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan nyata para murid. Dari situlah Anda akan ‘mendapat izin’dari sang murid untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran baru dan penerapan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
lanjut

Mengajar AKD di Jepara….

Seminggu ini saya ngajar AKD secara maraton di Jepara……Ini merupakan rangkaian pertama ngajarku secara maraton di Jepara….sekaligus latihan juga, baik fisik maupun mental…..karena tanggal 26 nanti saya malah harus ngajar selama tiga minggu (sampai tanggal 17 Desember) di Jepara…ples wira-wiri juga Jepara-Semarang mengingat di kantor aku juga harus ngurusi diklat penyuluh pertanian tk. Ahli yang belum rampung….Harapannya sih satu….Tetap sehat….!! Itu saja….soalnya Agustus kemaren saya sempat sakit saat lagi sibuk-sibuknya ngajar….(gak berat sich….tapi menyerang ke bagian paling krusial dari seorang Widyaiswara….yaitu…tenggorokan….!!)

Materi AKD atau Analisis Kebutuhan Diklat sendiri (atau sering disebut juga TNA=Training Needs Assesment) merupakan salah satu metode perencanaan diklat dengan menitikberatkan pada pencarian kebutuhan jens-jenis diklat bagi setiap unit kerja. Dengan dilaksanakannya AKD, harapannya jenis-jenis diklat yang diselenggarakan dapat sesuai dengan kebutuhan organisasi alias tidak sekedar proyek bagi instansi pengelola diklat saja. Disamping itu, AKD juga bermanfaat untuk mengefisiensikan biaya diklat karena diklat yang dilaksanakan benar-benar dibutuhkan bagi peserta, dalam arti mengandung pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bermanfaat bagi pelaksanaan tugas pekerjaan. Tentu saja hal itu secara otomatis akan meningkatkan motivasi peserta dalam mengikuti diklat.
klik disini