”Pak….Bagaimana cara kita selalu berfikir positif, menghindari rasa enggan, saat kita masuk dalam kelas yang sebagian besar terdiri dari kelompok anak-anak yang nakal.”demikian kurang lebih pertanyaan yang dilontarkan Ibu Farida, salah satu peserta Diklat Prajabatan Golongan 60 Tahun 2009 yang kebetulan merupakan salah seorang guru dari SMK di Kota Surakarta. Sejenak saya termenung membayangkan suasana yang dialami ibu guru tersebut hingga kemudian saya kemudian menemukan sebuah jawaban…. ”Mungkin kurang lebih Anda harus berfikir layaknya saya saat masuk dalam kelas Diklat Prajabatan ini…..” Saya mencoba tersenyum dan tetap tenang sembari mencoba menceritakan perasaan saya saat pertama kali masuk dalam kelas…..
Memang sebenarnya bisa dikatakan agak jengkel juga saat masuk kelas Diklat Prajab angkatan 60 tersebut….. Bagaimana tidak, belum lagi hilang rasa capek saya akibat baru saja pulang dari Kudus selama 2 hari…tiba-tiba sekretariat sudah menugaskan saya untuk mengajar pelajaran Mind Setting di kantor…..yang tentu saja akan memakan waktu 2 hari lagi. Tambah berat saja rasanya saat mendapati sorot mata anak bungsu saya yang kelihatan gak rela melepas Bapaknya harus pergi lagi…setelah hilang dari rumah selama 2 hari…..hingga berbagai pikiran jengkel berkecamuk di pikiran saya, mengalahkan gemerincing coin yang nantinya akan saya dapat setelah mengajar materi tersebut….. ”Huh…emang gak ada orang lain apa…koq yang harus ngajar aku lagi…aku lagi….” Dan tambah ’mbedhedeg’ saja saat saya masuk kelas dan mendapati peserta yang rata-rata sudah tua…dengan pendidikan rata-rata rendah….dengan jenis pekerjaan yang umumnya pekerja lapangan, mulai dari kebersihan, tukang kebun, driver, petugas pasar, satpam….hingga baca tulis pun jarang mereka lakukan….Belum lagi jumlah peserta yang overload sampek 49 orang (biasanya khan 40 orang doang)”Jangan-jangan para WI lain sengaja melarikan diri karena tahu betapa berat melakukan tranfer ilmu pada mereka-mereka ini….” Demikian kurang lebih pikiran jengkel yang ada dalam diriku…..