Monthly Archives: Oktober 2009

Selalu Ada Jalan Saat Kita Berfikir Positif

”Pak….Bagaimana cara kita selalu berfikir positif, menghindari rasa enggan, saat kita masuk dalam kelas yang sebagian besar terdiri dari kelompok anak-anak yang nakal.”demikian kurang lebih pertanyaan yang dilontarkan Ibu Farida, salah satu peserta Diklat Prajabatan Golongan 60 Tahun 2009 yang kebetulan merupakan salah seorang guru dari SMK di Kota Surakarta. Sejenak saya termenung membayangkan suasana yang dialami ibu guru tersebut hingga kemudian saya kemudian menemukan sebuah jawaban…. ”Mungkin kurang lebih Anda harus berfikir layaknya saya saat masuk dalam kelas Diklat Prajabatan ini…..” Saya mencoba tersenyum dan tetap tenang sembari mencoba menceritakan perasaan saya saat pertama kali masuk dalam kelas…..

Memang sebenarnya bisa dikatakan agak jengkel juga saat masuk kelas Diklat Prajab angkatan 60 tersebut….. Bagaimana tidak, belum lagi hilang rasa capek saya akibat baru saja pulang dari Kudus selama 2 hari…tiba-tiba sekretariat sudah menugaskan saya untuk mengajar pelajaran Mind Setting di kantor…..yang tentu saja akan memakan waktu 2 hari lagi. Tambah berat saja rasanya saat mendapati sorot mata anak bungsu saya yang kelihatan gak rela melepas Bapaknya harus pergi lagi…setelah hilang dari rumah selama 2 hari…..hingga berbagai pikiran jengkel berkecamuk di pikiran saya, mengalahkan gemerincing coin yang nantinya akan saya dapat setelah mengajar materi tersebut….. ”Huh…emang gak ada orang lain apa…koq yang harus ngajar aku lagi…aku lagi….” Dan tambah ’mbedhedeg’ saja saat saya masuk kelas dan mendapati peserta yang rata-rata sudah tua…dengan pendidikan rata-rata rendah….dengan jenis pekerjaan yang umumnya pekerja lapangan, mulai dari kebersihan, tukang kebun, driver, petugas pasar, satpam….hingga baca tulis pun jarang mereka lakukan….Belum lagi jumlah peserta yang overload sampek 49 orang (biasanya khan 40 orang doang)”Jangan-jangan para WI lain sengaja melarikan diri karena tahu betapa berat melakukan tranfer ilmu pada mereka-mereka ini….” Demikian kurang lebih pikiran jengkel yang ada dalam diriku…..

Baca lebih lanjut

Mengajarkan Demokrasi Lewat Teka-Teki

Salah satu model permainan yang lagi saya sukai adalah bermain teka-teki. Sebenarnya teka-teki pada mulanya sering saya gunakan saat sedang berkeliling-keliling di sela-sela diskusi kelas. Pengennya sih sedikit memeberi selingan bagi beberapa peserta saat mereka sedang diskusi agar mereka bisa lebih enjoyable and tidak terlalu tegang… sekalian biar memberi kesan akaran dengan peserta….utamanya pada pelajaran-pelajaran yang ‘garing’ semacam Manajemen Perkantoran Moderen. Naa… disini saya biasanya kemudian biasanya saling tukar teka-teki dengan peserta yang kebetulan punya banyak koleksi teka-teki lokal. Sementara saya sendiri memperkaya koleksi saya lewat buku-buku yang saya baca atau malah lewat ‘searching’ via internet yang memang bejibun penuh dengan teka-teki beraneka ragam…..

Sebenarnya model-model begitu sih asyik-asyik aja….tapi lama-lama agak bosen juga menang terus lawan peserta-peserta yang tidak siap….alias teka-teki yang diberikan peserta seringnya itu-itu saja….padahal disatu sisi saya masih pengen menggali teka-teki lokalan yang mungkin gak ada di dunia maya….skalian pengen mensharingkannya via internet buat nambah khasanah perteka-tekian di dunia maya….hingga kemudian saya teringat prinsip Ice Breaking milik Fakih cs. yang pernah saya postingkan, menyatakan bahwa ‘pemecah kebekuan’ yang baik antara lain adalah mengandung unsur-unsur perlombaan atau persaingan serta lebih baik lagi kalau gagasannya justru berasal dari peserta sendiri. Dari prinsip itu saya kemudian memainkan perlombaan teka-teki antar kelompok (biasanya dalam materi Team Building)…. bahkan setelah sedikit modifikasi permainan sederhana ini menjadi menarik setelah saya kombinasikan dengan prinsip kebebasan berpendapat dan menentukan pilihan….hingga akhirnya malah sering menginspirasi peserta tentang makna sesungguhnya dari prinsip demokrasi yang walaupun dianggap yang terbaik…tapi di beberapa hal tetep saja merugikan beberapa pihak yang terlibat di dalamnya…. Baca lebih lanjut