Ice Breaker

Ice Breaker atau pemecah kebekuan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator guna menyegarkan suasana kelas atau membikin suasana kelas menjadi akrab dan menyenangkan. Seperti ditahui, proses pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan kebanyakan diikuti oleh para manusia dewasa yang telah memiliki sikap dan perilaku yang ‘establish’ dan kadang bersikap negatif hingga hal itu bisa menghambat proses pembelajaran. Sikap-sikap negatif itu antara lain adalah merasa pinter sendiri, pengen selalu menonjolkan diri, suka menyepelekan sesuatu, menutup diri terhadap hal-hal baru, sungkan, enggan bergaul dengan orang asing, kurang pede, minderan, dan masih banyak lagi yang lainnya haa…haa…ha….(waduh koq jadi lagunya Bang Rhoma…). Padahal salah satu azas penting bagi keberhasilan suatu diklat adalah interaksi yang terbuka, jujur, spontan antara fasilitator dan peserta guna terciptanya komunikasi dialogis dan kritis selama proses pembelajaran.

Ada dua keuntungan pokok jika suasana kelas menjadi akrab dan menyegarkan, yaitu : 1) peserta akan merasa senang mengikuti kegiatan, sehingga tidak merasa bosan dan lelah; 2) Tujuan diklat akan lebih mudah tercapai secara optimal karena para pesertanya terlibat secara aktif tanpa harus dipaksa. Menurut the Encyclopedia of Ice Breaker terbitan University Associates Inc (1976) bentuk ice breaker ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh (action song), sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan fikiran. Acara perkenalan di awal pelatihan adalah salah satu waktu terbaik dan merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan ‘ice breaker’ dalam rangka menciptakan suasan pelatihan yang terbuka, spontan dan jujur, tetap serius tetapi santai. Walaupun demikian, saya pribadi menganggap kegiatan ice breaker juga perlu dilakukan di tengah-tengah pelatihan dimana peserta terlihat mulai bosan, lelah atau malah mengantuk saat mengikuti pelatihan.

Fakih, Topatimasang, Rahardjo dalam Pendidikan Populer (2001) menyatakan bahwa apapun bentuknya, ‘pemecah kebekuan’ yang baik adalah yang :

  1. Pemecah kebekuan sedapat mungkin melibatkan semua peserta tanpa kecuali, jangan sampai ada yang hanya menjadi penonton saja, lebih baik lagi kalau gagasannya justru berasal dari peserta sendiri (hmm…..sesuatu yang sampai saat ini belum pernah saya lakukan).

  2. Pemecah kebekuan sedapat mungkin melibatkan semua panca indra setiap orang. Oleh karena itu yang mengandung unsur-unsur adanya gerakan-gerakan tubuh atau suara lebih disarankan.

  3. Pemecah kebekuan sedapat mungkin menciptakan keharusan berinteraksi antar semua orang. Oleh karena itu, disarankan bentuk-bentuk permainan yang mengandung unsur-unsur perlombaan atau persaingan.

  4. Pemecah kebekuan sedapat mungkin mengandung unsur-unsur kejutan (surprise), misalnya sesuatu yang baru dikenal atau tidak disangka-sangka sebelumnya, bukan sesuatu yang sudah terlalu umum dan biasa atau sudah dikenal baik selama ini, tetapi jangan terlalu banyak mengandung idiom-idiom asing sehingga malah tidak difahami oleh sebagian besar peserta.

  5. Pemecah kebekuan sedapat mungkin mengandung unsur-unsur kegembiraan (enjoyable) atau kelucuan yang menghilangkan rasa tegang atau bosan.

  6. Sedapat mungkin ringkas dan padat (terbaik adalah 5-15 menit) dan tidak berbelit-belit cara melakukannya. Kalau waktu yang tersedia cukup lama, maka harus dilakukan dengan tempo tinggi (cepat) dan dengan bentuk kegiatan beragam (tidak hanya satu jenis saja sampai membosankan).

  7. Pemecah kebekuan sedapat mungkin memang ada kaitannya degan pokok bahasan atau materi/topik yang sedang dibicarakan/dibahas pada waktu itu. Misalnya saja jika materi sesi saat itu adalah membahas masalah kepemimpinan yang demokratis, maka pemecah kebekuan yang perlu dikembangkan adalah yang membahas masalah kepemimpinan juga. Oleh karena itu, setiap pemecah kebekuan juga harus diproses dalam daur belajar sehingga dapat diambil pelajaran bersama.(na….ini yang sebenarnya paling susah dalam sebuah ice breaking….hingga seringkali satu ice breaking terpaksa dipakai diberbagai mata pelajaran….yang penting rame walau agak nyimpang-nyimpang dikit….).

Pengalaman berkesan saya tentang ice breaking adalah saat mengikuti diklat kewidyaiswaraan berjenjang tingkat pertama di Jakarta, dimana saat itu saya bertemu dengan Profesor tua yakni Pak Entang yang walau gelarnya begitu tinggi tapi beliau mampu menyajikan suatu materi dengan menarik tanpa membosankan alias penuh dengan ice breaker. Sejak saat itu saya mulai tertarik buat mencari cara menyegarkan suasan kelas tersebut. Beruntung saat ini buku-buku seperti itu, utamanya yang berbahasa Indonesia (he…he…he…soalnya kalo Bahasa lain mmales banget mocone…) sudah banyak dijual dipasaran. Antara lain melalui Adi Sunarno lewat 10 kumpulan buku games, yaitu permainan atraktif dan edukatif untuk pelatihan manajemen : Ice Breaker (A-Z), Perception Games, Leadership Games, Creativity Games, Motivation Games, Team Bulding Games, serta Decision making and Problem Solving Games, serta Learning Process Games (terus terang hanya beberapa yang sempat saya beli….karena keterbatasan kanthong juga….) Atau beberapa yang saya miliki misalnya 100 Permainan Penyegar Pertemuan terbitan Kanisius, 100 permainan kreatif dari Andi Yogya serta 100 game kreatif terbitan Gradien Mediatama. Atau yang bentuk visual milik Budiman Susetyo. Sedangkan yang bentuknya lelucon, diantaranya bisa dilihat dalam http://ketawa.com/.

Segini dulu tulisan saya….inginnya sih tulisan ini sekaligus jadi tulisan awal saya tentang katagori baru dari blog ini…Ya….saya pengen sharing tentang game-game kreatif yang bisa dipakai buat menyegarkan suasana kelas. Sebagian besar sih tentu saja bukan karangan saya…..akan tetapi game-game tersebut saya ambil dari yang pernah saya mainkan sehingga saya bisa menuliskan kesan dari masing-masing game tersebut….baik dari cara memainkannya, reaksi peserta, refleksi dibalik game, kapan sebaiknya dimainkan, trus bagaimana bikin agar seru dimainkan…..

17 responses to “Ice Breaker

  1. Salam dari nJepara…
    Apresiasi yg amat sangat buat guruku, sahabatku sekaligus konco ngobrol,- yang nulis “Ice Breaker” ini. Paling menarik bagi saya pribadi : ===Enjoyable and Surprise===. Dua saudara kandung yang bener-2 membuat/membikin/menjadikan suasana hati para peserta Diklat atau apapun namanya Nyaman..memahami…sekaligus kangen sama Widyaiswaranya. Ini pengalamanku saat ikut beberapa Diklat baik teknis, fungsional maupun bintek (maklum sudah 20 tahun jadi PNS). Bravo para Widyaiswara, semoga saya dipersilakan untuk bergabung. Thanks. Saya tunggu coretan-2 yg lain. Future..and next time my dream come true. Semoga…

  2. Salam dari Banjarbaru.
    Ide kreatif, unik dan original adalah ice breaking yang berasal dari peserta. Sulit dibayangkan, tetapi ditangan teman-teman widyaiswara ini adalah suatu tantangan. Suasana mungkin menjadi “unpriditible but more surprises” dan akan memberi kesan mendalam bagi peserta diklat dan widyaiswara. Mudah2an dapat dicoba ! see you next story.

  3. permainan yang aktraktiv akan membuat suasana cair sekalipun itu es beku/suasana beku.
    permainan ini bentuk lingkaran sebesar mungkin dengan melibatkan semua peserta yang hadir. seorang ditunjuk jadi provokator aktif untuk memainkan peran apa saja baik itu ngupil, garuk kepala, bahkan garuk pantat(yang penting lucu biar suasana cair gitu lho..) dan diikuti oleh peserta yang lain dalam lingkaran. sang provokator juga dalam lingkaran tersebut berbaur dengan peserta yang lain. Nah Tugas-in 1 orang jadi Police untuk menangkap sang provokator dengan cara hompimpa. Sang police berada di tengah lingkaran untuk mencari provokator. usahain provokator bergerak saat sang police gak melihat dia dan peserta ikut bergerak menurut gaya sang propokator. Good luck. have fun.

  4. Menarik sekali artikelnya pak..mo tanya nih, ada ga ya orang yang khusus berprofesi sebagaio ice breaker, yang disewa khusus menjadi oce breaker dalam suatu pertemuam, rapat, dsb…

    makasih pak..

  5. ice breaker sangat bermanfaat jika diterapkan dalam pembelajaran,adakah yang punya saran untuk saya judul buku yang berkaitan dengan ice breaker dalam pembelajaran dan dimana membeli buku tersebut. karena saya bermaksud mengunakan ice breaker sebagai judul skripsi saya.
    terimakasih bagi siapa saja yang mau membantu saya….

  6. bismillah,

  7. “Thanks to Ice Breaker”, kalimat tersebut yang akan terucap di saat suasana training yang beku / tegang menjadi hangat kambali.
    Ice Breaking sangat berpengaruh terhadap keberhasilan training, selain tergantung dari teknik penyampaian seorang Trainernya. Oleh karena itu, seorang Trainer juga diharuskan mempunyai kompetensi sebagai Ice Breaker.

    Untuk itu, bagaimana caranya agar dapat ide untuk Ice Breaker Pak..?

    Terima kasih sebelumnya…

  8. Setiap ada acara rohani bersama kita selalu melakukan icebreaker..
    Ehm.. kumpulan-kumpulan contoh icebreakernya ada dimana ya :).
    Thank you

  9. Saya bersama team sedang mengembangkan Training : dengan Tema Blinking Method

  10. Ass.Wr.Wb Pak..
    Saya mau tanya klo proses penerimaan sbg Widyaswara itu bgmn ya? apakah memang lama, karena saya bulan nov lolos cpns BKKBN & skg menunggu proses selanjutnya… itu untuk berapa lama ya? apakah disamakan dgn CPNS lainnya? trima kasih

  11. Tolong dong, beri bentuk-bentuk ice breaker yang praktis.trims

  12. tolong posting beberapa ice breaker yang Anda punya di alamat e-mail saya.
    tx b4.

  13. Pak lutfi… gaul, 12 JP tidak terasa… sya blajar bikin blog, ini blog saya http://www.gurujenius.blogspot.com

  14. terimakasih. Tulisan ini sangat menginspirasi saya…

  15. saya kira ada contohnya…

    *berlalu

  16. Iwan Dharma Setiawan

    Pak Luthfi, terima kasih “catatan Kecil” bapak, meski “kecil: tapi bagi saya manfaat dan inspirasi yangb terkandung didalamnya “besarrrr” lho pak ” dan padat pula … hehe. mhn izin utk saya kutip beberapa hal dari tulisan Bapak. Semoga bapak dapat terus berkarya dalam pelatihan + pendidikan. Salam IDS

Tinggalkan komentar